Thursday 20 December 2012

Banggalah dengan Hijabmu


Bismillaahirrohmaanirrohiim....

Segala puji bagi Allaah Robbul 'izzati, karena rohmatnya saya diizinkan untuk berbagi di blog ini. Tak lupa sholawat serta salam saya haturkan kepada Rosul wa 'abdu Muhammad shallallaahu 'alayhi wasallam.

Membahas tentang remaja memang tiada habisnya dan tetap hangat dari dulu hingga kini. apalagi lingkupannya dipersempit tentang remaja muslimah.
berbicara tentang remaja muslimah pasti yang ada di fikiran kita adalah seorang akhwat yang anggun. keanggunan disini dikarenakan hijab yang dikenakan dan kehormatan yang terus dijaganya.

namun keadaan di zaman ini sungguh memprihatinkan. zaman dimana pribadi-pribadi intelektual dilahirkan, namun sayang tidak dengan moralnya. benarlah yang mengatakan zaman ini adalah zaman jahiliah modern.

lantas kenapa bisa disebut demikian? mari kita bahas dengan mempersempit cakupan yaitu moral sang muslimah.

nampaklah kini muslimah dan non muslimah berbaur dengan tanpa pedoman. tak salah jika mereka saling berinteraksi, bahkan itu adalah suatu keharusan sesuai dengan syari'at islam. tapi yang sangat disayangkan adalah pembauran tersebut juga mempengaruhi budaya serta akhlak sang muslimah.
lihat sajalah di tempat umum, kita akan kesulitan membedakan seorang muslimah dengan nonmuslimah. hal ini dikarenakan budaya yang semprawut di masyarakat. seorang muslimah yang seharusnya menjaga kehormatannya dengan hijabnya malah kini tiada mengindahkan titah Robbnya lagi. bukankah Allaah telah berfirman :

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

wahai saudariku, telah jelas perintah dari Robbmu. maka ta'atilah dan jangan menunggu-nunggu lagi. karena hal itu adalah kewajiban tiap-tiap muslimah. ingatlah perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416).

tunggu apalagi ukhty, ayo tunjukkan bahwa engkau adalah muslimah sejati. bukankah kemuliaan seorang wanita adalah apabila ia ta'at kepada Allaah dan Rasulullaah, serta mampu menjaga kehormatannya?

jangan takut dianggap gak gaul, bukankah penilaian yang haq adalah dari Allaah?
jangan takut kecantikanmu tak nampak, bukankah kecantikan tercermin dari ketaqwaan?
maka berbanggalah dengan islam, karena islam sangat memuliakan wanita. Allaah memerintahkan yang sedemikian itu adalah untuk kemaslahatan bagi mereka yang bertaqwa.

wahai saudariku, maukah engkau menjadi tameng kerusakan moral. menjadi dinding pertahanan umat? maka jangan kau rusk moralmu dengan mengumbar auratmu. janganlah tergiur dengan penampilan-penampilan keren(baca: fasik) orang-orang yang mengumbar auratnya. sungguh itu adalah makar orang-orang kafir untuk menghancurkan moral umat islam.

banggalah dengan agamamu, banggalah dengan hijabmu, karena itulah bukti ketaqwaanmu.

Hukum Berhijab


Ketahuilah wahai para wanita muslimah, bahwa yang mem-bedakan antara manusia dengan hewan adalah faktor pakaian dan alat-alat perhiasan. Allah  berfirman:
Artinya : ‘Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.’ [Qs. al-A'raaf 26]
Pakaian dan perhiasan itu adalah dua aspek kemajuan dan per-adaban. Meninggalkan keduanya berarti kembali kepada kehidupan primitif yang mendekati kepada kehidupan hewani. Sedang hak milik wanita yang paling utama adalah kemuliaan, rasa malu, dan kehormatan diri. [Lihat Fiqhus Sunnah 2/209 oleh Sayyid Sabiq].
Pakaian dalam Islam bukanlah hanya sekedar hiasan yang menempel di tubuh, tetapi pakaian yang menutup aurat. Dengannya Islam mewajibkan setiap wanita dan pria menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya.
Masalah berhijab (yaitu berbusana muslimah yang menutupi seluruh bagian tubuh dari kepala hingga telapak kaki) bagi wanita muslimah bukanlah masalah sepele lagi sederhana sebagaimana yang banyak disangkakan oleh masyarakat awam, melainkan masalah besar dan substansial dalam agama ini.
Ber-hijab (berjilbab) bukanlah sisa peninggalan adat atau kebiasaan wanita Arab, sehingga wanita non-Arab (wanita Indonesia) tidak perlu menirunya, begitu juga ia bukanlah masalah khilafiah, diperselisihkan ada tidaknya berhijab itu sehingga wanita muslimah bebas mengenakannya atau tidak, tetapi hijab adalah suatu hukum yang tegas dan pasti yang seluruh wanita muslimah diwajibkan oleh Allah  untuk mengenakannya.
Allah  berfirman :
Artinya : ‘Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59].


Allah  berfirman :
Artinya: ‘Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ….’ [Qs. an-Nûr : 31].

Dua ayat di atas telah memberikan batasan yang  jelas tentang pakaian yang harus dikenakan
oleh wanita muslimah, yaitu wajib menutup seluruh tubuhnya kecuali apa yang dikecuali oleh syariat (yang dimaksud dalam hal ini adalah wajah dan dua telapak tangan dan ini diperselisihkan oleh ulama). Ketetapan syari’at ini tidak lain adalah untuk melindungi, menjaga, serta membentengi wanita dari laki-laki yang bukan mahramnya.

BERHIJAB ADALAH IBADAH

Ber-hijab adalah ibadah, dengan ber-hijab berarti sang wanita telah telah melaksanakan perintah Allah. Melaksanakan perintah ber-hijab sama dengan melaksanakan perintah shalat dan puasa.
Barangsiapa yang mengingkari kewajiban ber-hijab dengan secara menentang berarti mengkufuri perintah  Allah  yang dapat dikategorikan sebagai murtad dari Islam. Tetapi jika ia tidak ber-hijab lantaran semata-mata mengikuti situasi masyarakat yang telah rusak – dengan tetap yakin akan wajibnya – maka ia dianggap sebagai wanita yang mendurhakai dan menyalahi perintah Allah  yang telah berfirman dalam al-Qur’an :
Artinya : ‘…. dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu …’ [Qs. al-Ahzab : 33].

BELUM MANTAP BERHIJAB

Karena ber-hijab adalah kewajiban dari Allah, maka tidak dibenarkan seorang wanita muslimah menyatakan dirinya tidak mantap atau belum siap ber-hijab. Karena sikap ini berarti mengambil sebagian perintah Allah  dan mencampakkan yang lainnya. Padahal Allah  berfirman :


Artinya : ‘Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya. Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [Qs.Al-Ahzab: 36]
KESIMPULAN

1.       Ber-hijab (berjilbab) itu wajib bagi seluruh wanita muslimah.
2.       Ber-hijab yang memenuhi syarat adalah apabila hijab tersebut menutupi seluruh tubuh melainkan kecuali apa yang dikecuali oleh syariat (dan akan datang penjelasan secara lengkap tentang busana muslimah yang sesuai dengan agama).

Menjaga Hati



أَ
الْقَلْبُلاَ، وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ 
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. al-Bukhari). 

 Menjaga hati memang bukanlah perkara yang mudah meski nampak mudah. Tapi yakinlah dengan kekuasaan Allaah Ta'ala. Tidak dapat dinafikkan lagi, jikalau hati adalah sesuatu yang menentukan akan akhlaq seseorang, dan akan tercermin oleh apa-apa yang nampak pada diri seseorang.
 Tak hanya jasad yang harus dihijabi, tapi juga hati ini agar tiada ternodai, menghijabinya dengan keyakinan yang haq dan menjauhi dari perkara bathil.
Itulah mengapa Allaah telah menasehati kita,


يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ ِالله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (Al-A'raf: 26)

Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, baik ataupun buruk di mata manusia itulah ujian baginya. Dan beruntunglah orang yang fisiknya tidak menjadi kendala kepada amal-amal yang mulia.

إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemu-dian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya." (HR. Muslim, no. 2564)

Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Miqdad bin al-Aswad, ia menceritakan, Rasulullah a bersabda :

لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا.
"Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih." (HR. Ahmad, no. 24317).

Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan beru-bahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati. 


Maka karena telah menjadi hak Allaah untuk memberi penawar dalam setiap penyakit, kita diajari untuk berdo'a agar hati kita ditetapkan dalam kebaikan,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu."Me

Cintailah Karena Imannya


Bismillaahirrohmaanirrohiim,

   Cinta adalah perasaan yang tidak asing lagi di dalam kehidupan kita. Dan jika ada yang bilang ia tidak memiliki cinta, sungguh ia telah berdusta kecuali memang ia adalah orang yang telah hilang akalnya(gila). Kenapa? karena Allaah Ta'ala telah menebarkan satu dari seratus bagian yang IA miliki. Namun begitu nampak kedahsyatan cinta di muka bumi ini. Bandingkanlah dengan cinta Allaah yang 99x lipat dari cinta yang ada di muka bumi. Subhaanallaah........
   Menjadi keharusan seorang mukmin untuk mencintai Allaah Ta'ala lebih dari apapun, lantas bagaimana jika ini menyangkut rasa cinta kepada makhluk Allaah? bukankah konteksnya berbeda....?
siapa bilang, ingatlah kehidupan dunia dan akhirat itu terikat, karen segala yang diamalkan di dunia itulah yang di dapatkan kelak di akhirat.

    Bagaimana bisa Sang pemilik cinta diacuhkan , ketika kita mencintai seseorang.
Orang-orang beriman mencintai Allaah karena ia memiliki iman, begitulah bergulirnya iapun mencari ketentraman dengan mencari pasangan yang bisa menentramkannya.
Tapi, kenapa kebanyakan yang dipilih adalah mereka yang fisiknya cantik/tampan? Bagaimana dengan mereka yang pas-pasan...?
    oke, saya akan mengutip sebuah kisah,

pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai: Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.

 Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?
Rosulullaah telah menasehati kita,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه “Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya),

jika kita perhatikan hadits diatas bisa menjadi pencegahan akan ancaman Allaah,
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Maka, bagi muslimah tenanglah. Pasti jika Allaah menghendaki engkau akan mendapatkan yang terbaik dengan syarat engkau menjadi sosok yang baik . Karena jika seorang muslim tersebut memperhatikan hadits tersebut, tiadalah ia memproritaskan fisik, dls....


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati,,,,,,,,, INSYAA ALLAAH
 
© Copyright 2010-2011 MEDIA MUSLIMAH All Rights Reserved.
Powered by Blogger.com.